TAWURAN LAGI!!

Kemarin aku nonton sepakbola Arema Vs PersIwa Wamena. Wih, ngeri banget deh kalo liat langsung, untung aku liat dari tivi 11 inci di ruang kos-ku.
Nah, kayaknya, ada yang salah deh dengan sepkbola kita, Kawan. Tiga gol Arema di-dellet. Memang menyakitkan. Untuk dua gol pertama, aku sepakat sih, sama wasit. Memang dua gol Arema yang pertama lebih berbau 'off-side' dan hans-ball dibanding beraroma sah.
Nah, untuk gol yang ketiga, aku nggak abis pikir. bisa-bisanya, gol yang begitu indah dianulir!
Tapi, toh seharusnya para supporter nggak boleh masuk lapangan kali, ya? nggak baik lah! namanya supporter, kan berasal dari support+er (eh, benarkah begitu? aku nggak ahli bahasa inggris). Kalau memang demiian, tugas supporter yang men-support, memberi semangat. bukannya membikin onar kayak kemarin.
Dahulu, sepakbola kita ancur ketika para pemainnya pada pandai karate di tengah lapangan. Sekarang, ketika para pemain sudah mulai pada 'dewasa', tampaknya ada persoalan lain. Setidaknya ada tiga hal yang menurutku perlu dicermati: Wasit, Penonton, dan Polisi.
Untuk yang pertama, wasit utama tampaknya sudah lumayan baik memimpin pertandingan--tentu saja masih ada salah-salahnya sedikit. Masalah yang kerap muncul justru pada wasit pembantu (penjaga garis). Sering banget, mereka mengangkat bendera padahal seharusnya tidak off-side. Apa mereka nggak pernah nonton sepakbola ya? nggak pernah nonton liga Inggris dan Itali apa ya? kok nggak paham-paham peraturan off-side terbaru. Bahkan, komentator di tivi pun terkadang membenarkan sikap wasit yang keliru itu. kan parah, jadinya!
Untuk masalah yang kedua, penonton kayaknya harus menyadari deh, bahwa tindakan anarkis nggak akan bermanfaat. Kasihan kan, tim kamu bila harus didenda atau dihukum?
Untuk masalah yang ketiga, tentang polisi. Aku heran dengan polisi Indonesia. Bisa-bisanya, mereka malah ikutan nonton sepakbola. Bukankah mereka itu sedang bertugas 'menjaga'? Kok, malah ikutan nonton. Apa mereka dibayar untuk n0nton? atau bayaran mereka kurang? HUh, menjengkelkan sekali.
Lihatlah, kawan, di liga luar negeri sana. Para polisinya benar-benar 'menjaga'. Mereka melihat para penonton--bukan melihat pertandingannya--sehingga mereka tahu siapa-siapa yang membuat onar. Lihatlah, kawan, pada saat kerusuhan Arema-Persiwa kemarin. Bukankah pada akhir babak pertama terjadi keonaran kecil yaitu dipukulnya penjaga garis? Tapi uniknya, si polisi nggak menahan si pemukul--yang waktu itu cuman satu orang. EH, malah mengembalikannya ke tribun penonton. Ini kan lucu. Mereka polisi atau apa, sih? Mbok ditangkap, wong cuman satu orang aja...
Karena nggak ditindak tegas, maka tidak heran jika pada babak kedua penonton yang lain ikutan bikin onar. Jadilah brawijaya terbakar! siapa yang rugi? semuanya! bukan cuma polisi!

No comments: