Dalang Dibalik Pertempuran November Surabaya



Selama ini kita percaya, hanya pendidikan (terutama pendidikan agama), yang mampu meluruskan hasrat dan memantapkan manusia untuk terus menapaki jalan pemenuhan kebutuhannya secara bertanggung jawab. Tak heran, semahal apa pun biaya sekolah, bangkunya tak pernah kosong. Begitu pula dengan lembaga pendidikan agama semacam pesantren, juga tak pernah sepi. Tetapi anehnya, justru kalangan berpendidikan-lah yang rajin melakukan perampasan hak, bahkan dengan skala yang luas. Di sepanjang sejarah negeri ini, apakah para pemegang kekuasaan dan penentu kebijakannya kering dari ajaran agama, sehingga persoalan KKN, dan praktek manipulasi lain (termasuk manipulasi sejarah) menjadi soal yang tak kunjung usai?
Di negeri yang akar keagamaannya telah menancap sejak lama, sekering apa pun seseorang dari ajaran agama, pengetahuan tentang adanya Tuhan dan pembalasan amal baik-buruk tentu akan ada di benaknya. Kita boleh menduga bahwa biang keladi KKN adalah kekeliruan sistem pendidikan di Indonesia (termasuk pedidikan agama) yang hanya mementingkan penanaman pengetahuan. Sementara itu, pembentukan karakter pada tiap pribadinya terlupakan. Namun, peran keluarga pun (lebih jauhnya masyarakat) tidak bisa dilupakan. Sebab, di sinilah, seorang manusia mendapat pendidikan pertamanya.
Menafsirkan manusia sebagai mahluk yang dikendalikan kebutuhan dan hasrat, memang terkesan kejam. Namun, penjelasan apalagi yang hendak digunakan untuk menerangkan sebuah keadaan, di mana satu kenyataan sejarah telah nyata-nyata ditutupi. Hasrat dan kebutuhan berkuasa, hasrat dan kebutuhan ekonomi, serta hasrat dan kebutuhan lain yang hanya diketahui si pelaku-lah yang menyebabkan Resolusi Jihad NU seakan terhapus dari catatan sejarah. Padahal, arti peristiwa ini tidak bisa dianggap remeh dalam upaya mempertahankan kedaulatan NKRI. Tentu amat mustahil jika “penyelewengan sejarah” ini dilakukan cuma buat main-main.
Inilah kenapa, buku kecil yang hadir di tangan pembaca saat ini begitu berharga. Layak dibaca oleh pemerhati sejarah (baik politik Islam ataupun nasionalis), serta kalangan umum, yang sangat mungkin tidak tahu akibat tidak diajarkan di sekolah dasar maupun menengah. Barangkali terlalu berlebihan, jika buku ini pembaca sebut sebagai catatan alternatif dari pencatatan-pencatatan peristiwa masa lalu yang dilakukan pemerintah, atau sejarawan-sejarawan yang direstui pemerintah. Tapi bagi pembaca yang ingin menguak kenyataan sejarah yang selama ini ditutup-tutupi, buku ini sangat tepat.
===========================================================================
MEMOETOESKAN :

1. Berperang menolak dan melawan pendjadjah itoe fardloe ‘ain (jang harus dikerdjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempoean, anak-anak, bersendjata atau tidak) bagi orang jang berada dalam djarak lingkungan 94 km. dari tempat masoek dan kedoedoekan moesoeh.
2. Bagi orang-orang jang berada diloear djarak lingkungan tadi, kewajiban itu djadi fardloe kifayah (jang tjoekoep, kalau dikerdjakan sebagian sadja).
3. Apabila kekoeatan dalam No.1 beloem dapat mengalahkan moesoeh, maka orang-orang jang berada diloear djarak lingkaran 94 km. wadjib berperang djoega membantoe no.1, sehingga moesoeh kalah.

Pada 21 Oktober, berkumpullah para kiai se-Jawa dan Madura di kantor ANO, Jl. Bubutan VI/2. Setelah rapat darurat sehari semalam, maka pada 23 Oktober, dideklarasikanlah sebuah seruan jihad fî sabîlillâh yang belakangan terkenal dengan istilah ”Resolusi Jihad”.
Umat menyambut seruan itu dengan gegap gempita. Dari berbagai penjuru, dari ujung-ujung terjauh pulau Jawa, para mujahid berdatangan memenuhi kota Surabaya. Dalam waktu singkat, ratusan ribu prajurit telah siap siaga di segenap sudut kota. Pekik takbir pun membahana, menggoncangkan jiwa-jiwa musuh yang durjana. Dengan bermodalkan parang, kelewang, golok, dan bambu runcing, mereka mengusir musuh kafir yang bersenjata senapan dan tank.

Resolusi Jihad telah menggerakkan perang paling kolosal yang pernah ada dalam sejarah Nusantara, yang kemudian terkenal dengan peristiwa 10 November ’45. Namun, mengapa Resolusi Jihad ini tidak pernah terekam dalam lembaran sejarah? Buku ini berusaha menyajikan fakta-fakta yang selama ini dibiaskan dan ditutup-tutupi tersebut.

No comments: