Klaim

Thohari adalah begawan. dan selayaknya begawan yang lain, pikirannya luas. Seluas daratan dan tujuh samudera. Kang Thohari ibarat seorang pendaki yang telah sampai di puncak gunung. Atau minimal, di salah satu puncaknya--bukan puncak tertingginya. Ia memandang ke kiri dan ke kanan, yang ada hanya keluasan. Ia melihat pohon kelapa, tak berbeda dengan rerumputan. Sama-sama hijau dan dikejauhan. Ia memandang pantai dan tengah lautan sama-sama biru tanpa gelombang.

Namun, kita bukan begawan. Kita butuh wadah eksistensi. Kita butuh nama untuk kita sematkan di dada. sebagai kebanggaan. sebagai jati diri menuju kesejatian. kita perlu mengklaim; apakah kita rumput atau kelapa. kita perlu memilih; apakah kita pantai yang menggelora dan bergolakgolak, ataukah tengah lautan yang tenang-menghanyutkan.

Kita bukan begawan. Sudah saatnya kita melakukan klaim; inilah saya. saya bukan mereka. bukan dia. dan bukan siapa-siapa. akan tetapi, saya adalah saya. bahkan, saya-ku dan saya-mu pun berbeda.

kita bukan begawan. meskipun pada saatnya, kita mesti berpikiran ala begawan.

(Kang Thohari, terimakasih atas wejangannya)

No comments: