Inspirasi seperti wahyu. Ia tiba-tiba meloncat dari ketiadaan. Mewujud di saat ia berkehendak untuk mewujud. Ia masuk dalam lamunan. Merasuk dalam mimpi. Mengeram dalam imajinasi. Lalu menggedor-gedor kesadaranmu hingga terbangun dengan kekagetan tak terkirakan.
Ia datang kapan saja. Mungkin saat engkau tenggelam dalam kekhusyukan. Mungkin di tengah gelamor pesta dunia. Mungkin juga saat engkau sekarat. Mungkin, dan sangat mungkin ketika engkau berkhalwat di toilet. Dan yang perlu dicatat, ia juga pergi sesuka hati. Sedetik lalu ia datang. Sedetik kemudian engkau sudah bertanya-tanya; apakah ide yang tadi melintas di pikiranku?
Maka dari itu, seorang penulis harus menjadi dictator yang kejam terhadap inspirasi. Ia harus memenjaranya dalam kata-kata setiap kali ia muncul. Ia harus dan harus menuliskannya. Entah dalam secarik kertas. Di tembok-tembok. Atau sekedar dalam otak. Dan yang terakhir ini, min adh’afil iman …
No comments:
Post a Comment