ketika sore menjelang

ketika sore menjelang cacing-cacing duduk di emper jalan
lendir mereka berleleran mengucur bukan sekadar dari bibir namun seluruh tubuh itu menggelambirkan cairan menjijikkan
redup mentari. kepulan knalpot yang membuat keki. burung-bururng yang tak terlihat lagi. di langit. di langit. mengutuki cacing-cacing dengan caci maki.
"biarkan mereka hingga lendir di tubuhnya mengering. saat semua negeri menjadi panas mentari jam dua belas tepat."
cacing-cacing itu merinding. mendengar fatwa burung-burung yang tak terlihat lagi. di langit. di langit. tapi sesaat saja. karena begitu fatwa tak terdengar lagi. begitu caci maki tak terutuki lagi. cacing-cacing itu, duduk lagi di emper jalan. menjelang sore. menjelang sore...

No comments: