Para penulis yang terhormat, hati-hati dengan profesimu, kawan. Jika engkau tidak dapat mengatur waktumu sedemikian rupa, hati-hati dengan kesehatanmu. Bagaimana tidak? Gaya hidupmu lebih sering membahayakan dirimu dibanding menyelamatkanmu!
Ada penulis yang suka ngrokok dan ngopi di depan komputer. Berjam-jam ia duduk, memeras otak dan jiwa, memencet-mencet key-board, dan menuliskan semua isi ruhnya. Hingga tak sadarlah ia telah menghabiskan berbatang-batang. Telah menghirup bergelas-gelas. Telah duduk berwaktu-waktu. Ginjal, kawan! Awas ginjalmu! Jantung, kawan! Awas jantungmu! Jika pagi harinya engkau tidak bergerak; tidak berolahraga; tidak beraktivitas fisik, hati-hatilah!
Aliran darahmu menjadi tidak lancar karena kopi dan sampah-sampah nikotin. Lalu menggumpal di dinding-dinding pembuluh. Kerja jantung pun meningkat. Kerja ginjal pun semakin berat. Jantung, yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh, harus bekerja keras karena jalan-darah yang tersumbat. Ginjal, yang bertugas menyaring sampah dan racun dalam darah, harus menguras tenaga karena sampah yang banyak mencemari sungai-sungai darah. Wow! Bergeraklah, para penulis! Berolahragalah! Jangan engkau menjadi lilin yang sia-sia. Yang belum lagi bercahaya engkau sendiri sudah terbakar habis, mencair.
Berolahragalah, kawan! Demi kesehatanmu. Toh ‘gajimu’ hanya cukup untuk makan seminggu—bagaimana mungkin engkau akan membayar biaya pengobatan jika engkau sakit?
Berolahragalah, kawan! Bangun di pagi hari. Sehabis shubuh, berlarilah mengejar mimpi. Toh engkau akan mendapatkan ide di jalan-jalan yang engkau lalui! Apa ruginya? Apalagi dirimu adalah panji-panji peradaban, kawan, wahai para penulis…. Jangan sampai peradaban umat kehilangan engkau gara-gara laku hidupmu yang dangkal dan bodoh. Jangan biarkan peradaban mengenakan selubung hitam karena berduka lagi. Jangan biarkan, kawan! Jangan biarkan, wahai para penulis yang terhormat!
No comments:
Post a Comment