SALSABILA!

novel pencarian hakekat

Bagian Pertama:
TAREKAT KOPI MUNYENG (3)

Si pengamen bukannya takut mendengar nama itu. Ia malah marah. Tapi, aku kuat-kuatkan juga mentalku. Aku berdiri, sok mau kelahi. Si pengamen sendiri yang kemudian pergi. Dengan sumpah serapah yang tak jelas suaranya.
“Hmm, pasti orang baru dia, Mas.... nggak kenal Cak Dikin...,” bisikku pada diri sendiri, dengan mengeraskan sedikit suara ke arah Sugi yang terlihat gemetar dan berkeringat. Aku duduk kembali, sok tidak perhatian sama kang sugi. Sebenarnyalah, aku teringat kawanku di pondok dulu yang bernama Jemino. Persis, orangnya persis dengan Sugi—waktu itu aku nggak kenal namanya sugi. Yang jelas, sama deh ingah-ingihnya, persis culun-culunnya. Juga wajah sok gak punya dosanya. Semuanya sama. Kecuali beberapa hal yang menjadi ciri khas masing-masing: rambut. Rambut Jemino agak ngombak, kalau rambut kang Sugi ini tampaknya super keriting. Hampir Kribo. Buegh. Kalau saja saat itu bukan dia yang ndekatin aku dahulu, aku tak sudi mengakrabinya.
Setelah orang di sampingku turun, dan tempat duduk di sampingku kosong, kulihat kang sugi pelan-pelan dan penuh keraguan, mendekat. Ia tempelkan sedikit bokongnya ke jok yang kosong. Ah! Tiap lihat orang yang seperti ini, yang sok peragu, sok sopan, rasanya aku pengen mbentak. Ihh! Geregetan aja!
Takut-takut, ia melirik ke arahku, “Mas...”
Aku pura-pura tak melihat, aku tetap memandang pertokoan di kanan jalan dari dalam jendela.
“Mas, ...”

No comments: